Menggabungkan Sains dengan Pertunjukan Boneka sebagai Media Transfer Ilmu

Menginspirasi masyarakat lokal untuk menghargai satwa liar setempat sangat penting dalam mendukung konservasi fauna lokal, lho! Tidak dapat dipungkiri kalau saat ini kita hidup berdampingan dengan para fauna lokal. Para pendidik telah memahami bahwa manusia membutuhkan pengetahuan faktual serta ketertarikan emosional pada satwa sebagai awal dari pembentukan sikap dan perlakuan positif pada satwa. Para ilmuwan menggarisbawahi bahwa pengetahuan konservasi yang diperoleh melalui pengalaman, refleksi, dan penerapan secara langsung akan lebih mudah dipahami dibandingkan yang diperoleh dari metode pasif. Lantas, bagaimana cara mengajak para remaja untuk memahami konservasi dan menghargai satwa lokal? Yuk kita simak analisisnya!

Bagaimana pendekatannya? Harus dengan cara lokal juga, ya?

Tentu saja! Menggunakan budaya dan kebiasaan setempat bisa jadi cara jitu menyebarkan pengetahuan konservasi. Mendongeng adalah salah satu cara menarik untuk menyebarkan informasi dan juga bentuk pegisahan tradisional di banyak budaya. Pertunjukan boneka telah ditampilkan oleh para pendidik untuk meningkatkan kesadaran para siswa dan orang dewasa mengenai isu lingkungan atau kesehatan. Boneka mengurangi hambatan anak-anak dalam proses penyerapan ilmu, mendorong proses pembelajaran, dan memfasilitasi eksplorasi isu-isu lingkungan. Dengan mengenali karakter satwa dalam bentuk boneka, kita dapat turut mengenal dan mengalami kehidupan serta perasaan mereka. Dengan demikian, cerita tentang satwa dapat menciptaka empati dan kedekatan dengan satwa liar.

Menarik bukan?

Satwa liar endemik di Asia berada di bawah tekanan yang berasal dari aktivitas antropogenik. Pendidikan dinilai sebagai kunci menyebarkan sikap dan perilaku pro-konservasi. Penting untuk menyebarkan kesadaran dan pengetahuan mengenai satwa liar pada remaja karena sikap yang diperoleh di usia ini akan memengaruhi perilakunya saat tumbuh dewasa. Banyak juga organisasi konservasi yang mengabaikan kelompok usia ini karena kurangnya sumber daya dan memang tidak ditargetkan untuk terlibat. Sayang sekali, ya! Mendongeng ini boleh jadi solusinya, kan?

Di balik layar pertunjukan | Sumber: Little Fireface Project

Implementasi Pertunjukan Boneka dalam Upaya Pendidikan Konservasi di Vietnam dan Indonesia

Vietnam dan Indonesia memiliki fauna yang cukup mirip dengan spesies kukang lokal terancam punah akibat aktivitas manusia. Kedua negara tersebut memiliki tradisi budaya pertunjukan boneka yag kaya dan cocok untuk dihubungkan dengan penyebaran ilmu konservasi. Edukasi mengenai lingkungan juga sudah diterapkan ke dalam kurikulum sekolah sejak tahun 1960-an meskipun bukan menjadi mata pelajaran prioritas dan tidak semua guru dapat dinilai mumpuni dalam mengajarkan materi lingkungan.

Penggunaan pendidikan konservasi untuk membentuk empati kepada primata melalui pengenalan adanya persamaan kebiasaan dan kehidupan sosial dapat menjadi cara ampuh untuk menumbuhkan nilai-nilai positif dan rasa bangga terhadap keberadaan mereka. Adanya seni kreatif seperti pertunjukan boneka dalam pendidikan konservasi dapat menjadi cara efektif dalam menarik emosi audiens mengenai satwa.

Pertunjukan boneka di MI Al-Hidayah | Sumber: Little Fireface Project

Dengan mengimplementasikan proyek ini di dua negara (Vietnam dan Indonesia) dengan keanenekaragaman hayati yang serupa dan budaya mendongeng dan pertunjukan boneka yang kuat, apakah metode penyebaran pengetahuan konservasi dapat dilakukan dengan sama? Drama telah digunakan sebagai media penyebaran informasi sains yang mudah diakses dan boneka telah digunakan sebagai alat pendukung untuk menyampaikan pesan kesadaran konservasi. Penggunaan pertunjukan boneka menyediakan media kreatif dimana peserta dapat menanamkan dan menginterpretasikan pengetahuan yang mereka miliki.

Ternyata, pertunjukkan boneka bukan hanya media hiburan dan bentuk pelestarian budaya saja, ya! Pertunjukkan boneka juga dapat digunakan sebagai media transfer ilmu konservasi dan penyebaran wawasan konservasi bagi remaja, lho!

Referensi:

Cardinal, C., Beasley, L., Kenyon, M., & Ali, M. 32 Integrating Science and Puppetry to Inspire Teenagers in Rural Asia to Value Slow Lorises.