Dari Hutan ke Pemukiman: Adaptasi Kukang Jawa di Habitat Urban

Habitat kukang bareng sama kita? Gimana tuh?

Tahukah teman-teman kalau kukang saat ini sedang terancam kehilangan habitat? Betul sekali! Saat ini setengah habitat dari kukang adalah wilayah yang dikelola manusia seperti wilayah agrikultur, taman, lahan terlantar, dan bahkan pemukiman!

Kok bisa? Berisiko gak sih?

Karena perkembangan dan aktivitas antropogenik, habitat alami telah sangat terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya fragmentasi dan pengurangan habitat alami. Wilayah urban telah menyebar ke habitat alami di seluruh dunia, menggabungkan area alami dengan area pembangunan.

Menjelajahi lanskap antropogenik dapat menimbulkan sejumlah risiko bagi kukang Jawa, yang akan lebih jarang mereka temui di habitat alami yang tidak terganggu. Sebagai satwa arboreal, mereka tidak terbiasa dengan pergerakan di atas tanah. Selain kecelakaan lalu lintas, terestrialisme juga dapat membuat kukang rentan terhadap predator. Ternyata kita sebagai manusia dan anjing domestik (Canis familiaris) adalah 2 dari predator utama kukang Jawa lho!

Waduh, lalu bagaimana cara mereka bertahan hidup?

Ternyata, Kukang Jawa telah menunjukkan fleksibilitas perilaku di lanskap yang dikelola manusia seperti situs agroforestri! Frekuensi kemunculan kukang yang tinggi di kawasan antropogenik menunjukkan kemampuan mereka bertahan hidup di kawasan tersebut. Hal yang dapat dipahami adalah, karena adanya tekanan antropogenik, habitat kukang Jawa sangat terfragmentasi sehingga menghasilkan hamparan terbuka yang kurang konektivitas sehingga menimbulkan kesulitan dan risiko pada pergerakan kukang karena sifatnya yang arboreal.

Berdasarkan analisis jenis makanan yang dikonsumsi kukang Jawa di daerah perkotaan, jenis makanan yang paling umum adalah nektar dan buah-buahan, masing-masing sebesar 32% dan 20%. Hal ini perlu diperhatikan karena kukang Jawa jarang memakan buah-buahan, yang menunjukkan kurangnya jenis makanan yang disukai di daerah perkotaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa Calliandra calothyrsus merupakan  spesies yang paling sering dikonsumsi oleh kukang Jawa. Menariknya, spesies tanaman ini sangat terbatas pada saat musim kemarau, yang menunjukkan bahwa proses pencarian (foraging) mungkin menjadi alasan mengapa beberapa kukang bergerak menuju daerah perkotaan di mana semak ini tumbuh di taman pribadi sebagai tanaman hias.

Calliandra calothyrsus

Banyak spesies satwa liar terpaksa beradaptasi dengan kawasan yang telah dimodifikasi oleh manusia untuk bergantung pada kelangsungan hidup dan pengembang biakan mereka. Tentu saja kukang Jawa memiliki kecenderungan kuat untuk hidup di habitat alami. Karena adanya risiko terestrial, konektivitas arboreal merupakan aspek penting bagi keselamatan mereka, dan ini tidak dapat terjamin dalam desain yang ada di wilayah urban. Hal ini semakin menekankan perlunya mempertimbangkan satwa liar saat mengembangkan habitat alami menjadi lanskap yang dikelola oleh manusia!

Oo begitu, jadi apa yang bisa kita lakukan?

Salah satu solusi paling umum untuk melindungi keanekaragaman hayati adalah dengan membangun konektivitas dengan membentuk jaringan untuk menghubungkan area alami satu sama lain. Memulihkan konektivitas telah berhasil diimplementasikan di sejumlah habitat terfragmentasi melalui penggunaan sarana alami dan buatan seperti jembatan kanopi. Teman-teman bisa baca mengenai jembatan kanopi di sini.

Jembatan Kanopi

Sekarang kalian sudah tahu kan? Yuk bantu sebarkan ke teman-teman lainnya!

Referensi:

Karimloo, L., Campera, M., Imron, M. A., Rakholia, S., Mehta, A., Hedger, K., & Nekaris, K. A. I. (2023). Habitat use, terrestriality and feeding behaviour of Javan slow lorises in urban areas of a multi-use landscape in Indonesia. Land12(7), 1349.

You need to add a widget, row, or prebuilt layout before you’ll see anything here. 🙂