Categories Conservation

Fungsi Bisa pada Kukang

Tahukah kalian bahwa hewan memiliki berbagai bentuk perlindungan diri? Wah, keren bukan? Bentuk perlindungan diri tersebut dapat digunakan untuk kompetisi intraspesifk, mencari makan, mendapatkan pasangan, hingga menghindari predator. Kali ini kita akan membahas tentang bentuk perlindungan diri pada hewan, khususnya pada hewan Kukang! Yuk simak ulasan dibawah ini!

 Apa saja bentuk perlindungan diri pada hewan?

Satwa telah berevolusi dalam berbagai bentuk perlindungan diri yang luar biasa, termasuk tanduk, penjepit, belalai, sengat, dan gading. Bentuk perlindungan diri tersebut ada pada spesies jantan dan betina yang perlu mempertahankan krisis sumber daya, termasuk makanan (kumbang badak, Trypoxylus) dan wilayah (fang blennies, Meiacanthus). Perlindungan diri yang mengeluarkan zat kimia pun ada, termasuk menyemprot gas atau cairan, mengeluarkan minyak dan memasukkan racun yang disebut bisa yang merupakan sistem pertahanan lain yang digunakan oleh hewan. Seperti halnya morfologi perlindungan diri, bisa memiliki fungsi ganda, termasuk untuk memfasilitasi mencari makan, dalam predasi, dan dalam pertahanan ketika diserang.

Meskipun jarang, beberapa taksa menggunakan bisa untuk kompetisi agonistik intraspesifik (misalnya udang hantu, Caprella sp., anemon laut, actinia equina; siput kerucut, Conidae, platipus jantan, Ornithorhynchus anatinus). Kelompok lain dari mamalia berbisa adalah hewan nokturnal yaitu kukang (Nycticebus). Gigitan kukang seringkali berakibat luka serius ditandai oleh luka nekrosis di kepala dan ekstremitas. Meskipun gigitan ini memang penyebab utama kematian kukang di penangkaran, fungsi dari perilaku agresif ini belum pernah di teliti. Sayang sekali ya?

Luka pada kukang Jawa akibat kompetisi intraspesifik | Sumber: Little Fireface Project

Kukang berbisa?

Betul sekali! Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 8 tahun terhadap populasi kukang Jawa (Nycticebus javanicus) di Indonesia, kukang menggunakan bisa sebagai senjata untuk bertanding antarjenis untuk mempertahankan wilayah dan pasangan. Kukang memiliki bisa dan dapat menggigit manusia atau kukang lain hingga luka parah. Pada penelitian kukang Jawa ditemukan 33% betina dan 57% jantan kukang memiliki luka setidaknya sekali. Sebanyak 20,4% individu memiliki luka gigitan baru yang khas. Tragis ya? Begitulah kehidupan kukang hehe. Tingkat luka lebih tinggi pada jantan dibanding betina, menunjukkan pentingnya mempertahankan sumber daya. Kukang bersifat teritorial dan sering bertengkar untuk mempertahankan wilayah dan pasangan. Bisa digunakan oleh baik jantan maupun betina untuk bertanding dan mempertahankan sumber pangan dan tempat berlindung yang bisa dipertahankan. Ini merupakan contoh langka penggunaan bisa sebagai senjata antarjenis. Jadi dapat disimpulkan bahwa kukang menggunakan bisanya untuk bertanding antarjenis guna mempertahankan teritori dan pasangan masing-masing.

Kukang Jawa yang bertanding antarjenis untuk mempertahankan wilayah dan pasangan | Sumber: Little Fireface Project

Kukang menghasilkan bisa dari kelenjar brakialisnya; kukang memiliki kelenjar brakialis, yaitu kelenjar khusus yang terletak di bagian lengan atas. Kelenjar ini dapat menghasilkan cairan minyak untuk pertahanan. Ketika kukang hendak menggigit mangsa atau lawan, cairan ini akan dicampurkan dengan liurnya. Campuran cairan kelenjar brakial dan liur inilah yang membuat gigitan kukang berbisa dan berbahaya. Gigitan bisa ini dapat menyebabkan luka nekrotik parah seperti kehilangan kulit dan bulu di kepala, jari tangan atau kaki bahkan buta. Gejala lain yang ditimbulkan bisa kukang bagi manusia antara lain kejang, syok anafilaktik, bahkan kematian. Jadi secara singkat, kukang menghasilkan bisa dari cairan kelenjar brakial di lengannya yang dicampurkan dengan liur saat menggigit mangsa atau lawan untuk mempertahankan diri atau bersaing. Wow, keren!

Buat apa?

Bisa pada hewan memiliki 14 peran ekologis yang berbeda, aspek perilaku dan ekologi. Penggunaan bisa di lingkungan alami sebagian besar telah diabaikan. Dalam satu takson, bisa memiliki banyak fungsi. Dalam sebuah survei dari semua yang diketahui berevolusi secara independen garis keturunan berbisa, hanya empat spesies diidentifikasi menggunakan bisanya untuk kompetisi intraspesifik. Dengan persaingan yang tinggi untuk mendapatkan tempat dengan sumber daya yang dapat dipertahankan, kepemilikan bisa akan memberikan keunggulan kompetitif pada kukang jantan dan betina di situasi persaingan yang tinggi terutama dalam mencari makan dan pasangan.

Menarik kan! Maka dari itu kita harus berhati-hati bila berhadapan dengan kukang atau nyawa kita yang akan melayang. Kukang bukan lah hewan yang dapat dipelihara jadi kita harus tetap lestarikan mereka di alam liar karena sekarang semakin punah. Jangan main-main dengan hewan yang terlihat imut ini ya, mereka juga mematikan!

Referensi:

Nekaris, K. A. I., Campera, M., Nijman, V., Birot, H., Rode-Margono, E. J., Fry, B. G., … & Imron, M. A. (2020). Slow lorises use venom as a weapon in intraspecific competition. Current Biology30(20), R1252-R1253.